GELORABANGSA - Waktu berjalan memang terasa begitu cepat. Perasaan baru kemarin Pilgub DKI 2017 digelar. Eh sekarang gubernur terpilih suda...
GELORABANGSA - Waktu berjalan memang terasa begitu cepat. Perasaan baru kemarin Pilgub DKI 2017 digelar. Eh sekarang gubernur terpilih sudah mau habis saja masa jabatannya.
Pada Oktober 2022 mendatang Anies bakal cabut dari Balaikota DKI.
Sekedar flashback. Pilkada DKI kala itu bisa dibilang termasuk yang paling brutal di dunia. Segala cara dilakukan oleh Wan Anies beserta pendukungnya untuk memenangkan pertarungan. Termasuk menggunakan simbol-simbol agama. Seperti mengharamkan memilih calon gubernur Non Muslim. Hingga mayat yang memilih kandidat lain tidak boleh dishalatkan meskipun dia sesama Muslim.
Demo berjilid-jilid juga dilakukan agar rival mantan Mendikbud Itu dijebloskan ke penjara.
Sampai saat ini residu Pilkada DKI itu masih ada, yakni dengan adanya PA 212.
Dan strategi lain yang dilakukan Anies untuk memenangkan Pilkada 2017 adalah dengan menyampaikan janji-janji manis kepada warga DKI. Yang hal ini semakin menguatkan pernyataan mantan Pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev bahwa politisi itu sampai berjanji membangun jembatan meskipun sebenarnya tidak ada sungai di sana demi kekuasaan.
Lantas, apa saja janji kampanye Anies dulu. Dan bagaimana realisasinya saat ini?
Pertama, tentu yang dinanti-nanti oleh warga DKI adalah rumah DP nol rupiah.
Kala itu Anies menjanjikan akan memberikan warga DKI rumah DP nol rupiah jika ia terpilih jadi gubernur. Bentuknya rumah tapak. Dan diperuntukkan untuk warga yang berpenghasilan maksimal Rp7 juta.
Target rumah yang akan dibangun pun tidak main-main yakni 232.214 unit.
Hanya saja realisasinya berbanding terbalik 180 derajat dari janji itu semua. Katanya rumah tapak berubah menjadi rumah susun. Yang awalnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah berubah menjadi untuk mereka yang berpenghasilan Rp14 juta ke atas. Kemudian dari yang awalnya berjanji akan membangun 200 ribu lebih unit rumah, yang terealisasi per Oktober 2021 baru 780 unit atau hanya 0,3 persennya. Hahaha
Cadas banget nih wan gubernur pilihan Kadrun. Digaji gede, dapat tunjangan, dapat rumah dan mobil dinas, dll tapi kerjanya hanya mampu membangun 780 unit rumah DP nol rupiah.
Jauh banget bedanya dengan hasil kerja Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Kedua, soal penanganan banjir. Kala itu Anies menjanjikan banjir surut dalam 6 jam setelah hujan berhenti. Tapi faktanya, banjir yang terjadi pada Februari 2021 lalu tidak surut-surut meskipun hujan sudah berhenti selama 6 jam lebih. Justru keesokan harinya baru surut.
Kemudian, ada juga sumur resapan yang dibangun di bahu jalan.
Menurut hemat penulis, program ini benar-benar pemborosan anggaran. Pasalnya bukannya mengatasi genangan air tapi malah bikin masalah baru. Seperti pengendara jadi terganggu.
Sesudah itu, tidak menyelesaikan masalah juga. Karena tidak meresap air dalam jumlah maksimal.
Eh, belum juga diresmikan, sumur resapan sudah ditutup lagi. Lantaran lebih banyak mudarat daripada manfaatnya.
Terakhir, untuk tahun 2022 ini sumur resapan tidak dianggarkan lagi. Hahaha
Lalu, bagaimana dengan naturalisasi sungai?
Sampai sekarang gak jelas bentuknya seperti apa. Teorinya saja yang keren yakni menghidupkan kembali ekosistem pinggir sungai secara alamiah atau natural.
Akibatnya, normalisasi terhenti, naturalisasi gak jalan.
Yang jadi korban ya tetap warga DKI, karena banjir datang terus di saat musim hujan tiba.
Selanjutnya, tidak lupa pula kita pada jargon yang selalu dikumandangkan Anies dulu, yakni 'Maju Kotanya, Bahagia Warganya'.
Apakah benar warga DKI makin bahagia ketika dia menjabat sebagai gubernur? Atau justru sebaliknya?
Dan apakah benar Kota DKI semakin maju?
Tentu untuk menjawab itu semua pakai data. Jangan seperti Kadrun yang biasa pakai emosi.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui indeks kebahagiaan warga DKI per 2021 justru merosot tajam. Tingkat kebahagiaan warga ibukota negara tersebut berada di urutan ke-27 dari 34 provinsi yang ada.
Jadi fiks, jargon 'bahagia warganya' itu Gatot alias gagal total.
Sedangkan kemajuan Jakarta juga tidak ada yang berarti. Kawasan kumuh masih ada. Banjir belum tertangani. Eh dia malah sibuk bikin konten YouTube.
Memang sih nafsu gedenya untuk jadi presiden kelihatan banget. Jadi bikin konten di YouTube itu adalah salah satu cara yang dia lakukan agar tetap eksis dan dibicarakan masyarakat.
Karena, setelah tidak lagi menjabat, kemungkinan besar namanya akan hilang di telan bumi.
Secara dia kan bukan tokoh. Bukan ketua Ormas seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Bukan pula ketua partai.
Apa lagi yang mau diberitakan tentang dia?
Gak ada yang menarik.
Kecuali kalau Wan Anies bikin sensasi luar biasa. Seperti mengikuti jejak Bahar bin Smith yakni melakukan ujaran kebencian. Itu akan lain ceritanya.
Dan mirisnya lagi, Anies bisa saja tetap eksis di YouTube, tapi yang menonton hanya pendukung fanatiknya doang. Karena untuk orang yang sudah tahu kinerjanya, pasti akan beranggapan, nagapain dengarin tuh mantan gubernur ngomong kosong.
Mending nonton Kiano Tiger Wong dan Kenzo Eldrago Wong. Minimal bisa lihat Paula Verhoeven. Kwkwkwk
Kura-kura nasib Anies ini sama seperti Gatot Nurmantyo dulu. Kehilangan panggung padahal Pilpres masih lama.
Di samping itu, hasil kinerjanya juga buruk. Sehingga mudah untuk dilupakan
S:Fery Fadli