GELORABANGSA - Negara India sejak bulan Maret, April dan masih berlanjut ke bulan Mei 2021 tengah dilanda yang orang-orang sebut sebagai ‘T...
GELORABANGSA - Negara India sejak bulan Maret, April dan masih berlanjut ke bulan Mei 2021 tengah dilanda yang orang-orang sebut sebagai ‘Tsunami Covid-19’.
Seluruh media dalam dan luar negeri memberitakan kondisi mengerikan yang tengah terjadi disana.
Rumah Sakit dan tenaga medis yang kewalahan merawat pasien Covid-19 yang membludak, Kematian dimana-mana, mayat-mayat bergelimpangan di jalanan, krematorium yang terus bekerja 24 jam non stop, sampai terakhir berita ditemukannya mayat-mayat diduga penderita Covid-19 yang dibuang ke sungai Gangga.
Jika dirangkum dalam satu kata, mengenaskan.
Dunia internasional pun tersentak, seakan ikut ngeri melihat kondisi India yang tengah dikepung awan hitam bernama virus Covid-19.
Bantuan demi bantuan disalurkan ke India demi untuk meringankan beban penderitaan rakyat India yang tengah sakit. Termasuk juga negara Indonesia.
Dua hari yang lalu tanggal 11 Mei 2021, Indonesia mengirimkan 1400 tabung oksigen dari total rencana 3500 tabung oksigen yang akan dikirimkan untuk membantu pemulihan kondisi pasien yang terjangkit virus Covid-19.
Seluruh dunia saat ini seakan terpaku dengan kengerian Tsunami Covid-19 di India. Terus terang jika saya melihat sendiri video-video yang ramai beredar di media sosial tentang kondisi disana pun, dalam hati saya ikut merasa pilu, kasihan.
Tapi pertanyaannya, ‘Apakah India saat ini merupakan negara yang paling parah terkena pandemi Covid-19?’ Jawabannya: Bukan. Tapi jika ditambah satu kata saja pada pertanyaan yang sama, ‘Apakah India saat ini merupakan negara yang paling parah terkena dampak pandemi Covid-19?’ Jawabannya: Benar. Kenapa bisa berbeda? Saya coba bahas satu per satu,
Untuk pertanyaan pertama, negara yang saat ini paling parah terkena pandemi Covid-19, dalam artian paling tinggi rasio jumlah penduduk yang terkena Covid-19, adalah Amerika Serikat. Mari kita hitung, per tanggal 13 Mei kurang lebih pukul 10.00 WIB, jumlah penduduk yang terinfeksi Covid-19 di Amerika Serikat berdasarkan data di situs worldmeters.info adalah 33.586.136 orang, menempati urutan pertama di dunia. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Amerika Serikat saat ini 332.693.077 orang, urutan ketiga dunia, di bawah India. Jadi jika dihitung rasio persentase jumlah warga negara Amerika Serikat yang terinfeksi Covid-19, adalah 10,1%.
Sedangkan India, merujuk pada data di situs yang sama, jumlah penduduk yang terinfeksi Covid-19 adalah 23.702.832 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk India saat ini 1.391.901.695 orang, menempati urutan kedua dunia. Jadi rasio persentase jumlah warga negara India yang terinfeksi Covid-19, adalah sekitar 1,7%.
Jadi jelas ya, perhitungan angka kesakitan memang selalu harus dibandingkan dengan jumlah populasi, bukan sekedar comot jumlah angka kesakitan saja. Dari perhitungan, Amerika lebih tinggi persentase infeksi Covid-19 nya daripada India. Sekitar 594% lebih tinggi untuk lebih tepatnya.
Untuk pertanyaan kedua, negara yang saat ini paling parah dampak pandemi Covid-19 dalam artian, publikasi media, dan perbincangan di media sosial, sampai ke percakapan sehari-hari, ya benar, India lah yang saat ini paling ramai. Sampai di obrolan sehari-hari selalu mengaitkan dengan India. Mudik lebaran dikaitkan dengan kondisi di India, betul kan?
Kenapa bisa begitu? Kebetulan saya punya beberapa kawan keturunan India dan Amerika Serikat. Memang jauh sekali perbedaanya, kalau disebutkan satu persatu nanti terlalu panjang dan malahan tidak relevan. Tapi yang paling memungkinkan karena perbedaan sosial budaya. What?
Sifat dasar orang India itu sangat ekspresif, tidak malu-malu, mungkin kalau diterjemahkan ke bahasa gaul Indonesia yang paling mendekati adalah ‘lebay’. Lihat saja film India, mau jalan ke pasar saja harus joget-joget sekampung sambil gelayutan dulu di pohon. Begitulah orang India. Senang menjadi pusat perhatian, walaupun itu karena pandemi Covid-19. Bukan suka terkena penyakit ya, tapi menjadi sorotan dunia, dalam hati mereka menyukai perhatian dunia yang saat ini sedang dicurahkan kepada mereka.
Lain lagi orang Amerika Serikat, sifat dasar mereka adalah optimisme, bangga, dan selalu merasa diri mereka lebih bagus dari ras lain.Mungkin tidak diakui secara gamblang tapi memang begitulah kenyataanya. Mereka tidak mungkin memvideokan kepanikan di Rumah Sakit atau kamar mayat yang penuh atau servis pemakaman yang melebihi hari-hari biasa misalnya. They’re just too damn proud of it
Bagaimana dengan fasilitas kesehatan? Dibandingkan India, tentu Amerika Serikat kondisinya jauh lebih baik, dari segi jumlah maupun fasilitas yang lebih lengkap. Tapi tetap, kalau saja Amerika Serikat mau membuat pemberitaan haru biru versi India, ya bisa banget! Apalagi ditambah special effect ala film Blockbuster Hollywood, tentu makin seru dan menyedot perhatian seluruh dunia. Tapi sekali lagi, tidak dilakukan. Kenapa? Ya karena perbedaan sifat dasar. Apalagi ‘musuh’ abadi mereka, negara Cina jauh-jauh hari sudah mendeklarasikan kemenangan melawan pandemi Covid-19 (9 September 2020).
Amerika Serikat, sebagai negara dengan persentase jumlah penduduk terinfeksi Covid 594% lebih tinggi daripada India, malah berbesar hati memberikan bantuan kepada India berupa bantuan finansial (uang) sebesar USD 500 juta atau sekitar Rp 7,5 Trilyun. Hmmm... pantas saja film India dari dulu sampai sekarang masih banyak sekali penggemarnya.