GELORABANGSA - Habis Rizieq, terbitlah cak Nun. Mungkin itulah gambaran sosok yang dikenal agamis dalam melontarkan serangan ke pemerintah....
GELORABANGSA - Habis Rizieq, terbitlah cak Nun. Mungkin itulah gambaran sosok yang dikenal agamis dalam melontarkan serangan ke pemerintah. Kalau Rizieq sudah tersangkut kasus chat pornografi, penyerobotan lahan, penyembunyian status positif corona hingga terlibat kasus kerumunan dan provokasi, maka cak Nun masih sebatas provokasi.
Dahulu kala saat menyebut dirinya majikan yang tak sudi memenuhi panggilan presiden (padahal tak ada yang mengundang), netizen sudah ramai mengungkap fotonya takzim dengan Soharto. Meski sesudahnya cak Nun sempat meminta maaf karena menimbulkan kegaduhan, kini ucapan tak kalah garan dilontarkan lagi.
Apakah cak Nun sudah bosan hidup bebas dan ingin menemani Rizieq? Sampai sejauh ini pemerintah belum merevisi UU ITE dan ada potensi pelaporan untuk ujaran kebencian. Seakan tak belajar dengan kasus Buni Yani, Ahmad Dani atau Maheer, cak Nun malah ikut-ikutan arus provokasi.
Katakanlah seperti kabar yang mengatakan jobnya sepi, tapi tidak dengan menempatkan dirinya sebagai oposisi.
Jangan harap dengan serangan dan hasutan membuat istana jadi meliriknya.
Lihat Susi (eks menteri KKP) yang tak digubris meski terus berteriak soal lobster, utang dan merembet ke buzzer.
Sebelumnya diketahui bahwa Budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun, sering melontarkan kritik terhadap pemerintah di sejumlah kegiatan. Mulai dari, kebijakan, sistem negara, hingga kepemimpinan presiden.
Seperti dilansir dari video berjudul ‘Hancurnya Indonesia Dimulai Rezim Ini’ dalam akun Youtube Ayo Berbagi Ilmu.
Cak Nun mengaku kerap acap berseberangan dengan pemerintah. Namun, perbedaan tersebut bukan membuatnya benci, melainkan menuntutnya untuk cinta dan peduli.
"Saya ini sebenernya tidak percaya dengan Indonesia, tapi Anda jangan marah. Saya yang bikin turun Pak Harto. Saya yang ngomongin Pak Harto secara pribadi, dan saya ingin melakukan itu lagi pada suatu hari.”
“Kalau negara sudah darurat, saya akan turunkan (presiden) lagi,” kata dia.
Menanggapi ocehan Cak Nun, bukannya marah, Ferdinand yang kerap mendukung pemerintah justru menertawakan.
Seperti dilansir wartaekonomi.com, Politikus Ferdinand Hutahaean ikut merespons ancaman yang dilontarkan Emha Ainun Nadjib untuk menurunkan presiden, jika kondisi negara sudah darurat.
Terkait itu, ia menilai apa yang diucapkan Cak Nun tak perlu ditanggapi serius dan masyarakat cukup.
Pasalnya, ia sudah sering mendengar hal tersebut keluar dari Eks pentolan FPI Habib Rizieq Shihab.
"Omongan begini sudah biasa keluar dari Cak Nun dan Rizieq Sihab, tp cm sebataas kata2 yang tak pernah bs diwujudkan. Biarlah mulutnya berkoar2, tak perlu kita tanggapi seriys, cukup tertawakan saja,” cuitnya dalam akun Twitternya, dilihat, Selasa (16/2/2021).
Sepakat dengan Ferdinand, cak Nun sekarang sudah serupa dengan Rizieq atau bisa jadi sengaja menggantikan posisinya.
Bisa juga kita berprasangka buruk kalau bohir oposisi ganti strategi mensponsori penceramah lain untuk menyerang pemerintah.
Apapun itu, yang jelas kita tahu posisi cak Nun tak lebih dari seorang Rizieq. Dirinya yang dulu selalu melekatkan budaya jawa dalam setiap ceramah, kini ganti menjadi kawan bagi mereka pecinta khilafah.
Lihat saja follower cak Nun sekarang rata-rata diisin eks HTI dan sejenisnya. Pantas saja karena bagi pecinta sejarah dan budaya, tak akan mau mendukung orang yang membenci pemimpin yang cinta NKRI.
Satu persatu admin cak Nun mundur dan followernya berkurang diganti pro khilafah. Mungkin sebentar lagi cak Nun memakai daster serupa Haikal Hasan dan Tengku Zul.
Dan dikit-dikit mengharamkan segala sesuatu seperti Somad. Memang arahnya sama, suka provokasi SARA, membuat ujaran kebencian pada pemerintah dan sebagainya.
Kita yakin Jokowi tak akan terpengaruh dengan hasutan kebencian semacam ini. Seperti surat kudeta Demokrat yang mungkin langsung masuk ke tong sampah.
Hendaknya kalau mau jadi pendakwah populer harus melek teknologi modern. Cak Nun bisa menyisipkan teknologi terkini yang dihubungkan dengan sejarah islam dan sebagainya.
Atau bahkan mendukung kebijakan soal mobil listrik yang menunjukkan kemajuan peradaban yang pesat. Bukan malah ikutan Tengku Zul dan berujung bullyan pasa dirinya sendiri. Sangat disayangkan budayawan senior nanti bukan dikenang akan kesejarahwanannya, tapi hanya nyinyirannya.
S: Seword (niha alif)