GELORABANGSA - Sebuah pengakuan disampaikan Juru Bicara Presidium Alumni (PA) 212 Haikal Hassan. Dia menyebut tak pernah sekali pun menjele...
GELORABANGSA - Sebuah pengakuan disampaikan Juru Bicara Presidium Alumni (PA) 212 Haikal Hassan.
Dia menyebut tak pernah sekali pun menjelekkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Haikal Hassan bahkan menantang siapa pun untuk menemukan jejak digital untuk membuntikan ucapannya.
Sebagai imbalannya, Haikal Hassan berani memberi uang Rp 1 miliar untuk penemu jejak digitalnya.
Seperti yang diungkapkannya dalam kanal YouTube Fadli Zon Official, Rabu (6/1/2021).
Meski dikenal sebagai oposisi pemerintah, Haikal mengaku tak pernah sekali pun menjelekkan pribadi atau pemerintahan Jokowi.
"Saya pasti kalau ngomong gini kita habis dicaci-maki 'Wah cari selamat'," jelas Haikal.
"Saya bilang begini ya, kalau ada jejak digital saya."
"Satu, menjelek-jelekkan atau memaki-maki pemerintah Pak Jokowi."
"Memaki secara personal maupun memaki pemerintah atau menjelek-jelekkannya," lanjutnya.
Haikal mengaku sudah menyiapkan uang Rp 1 miliar bagi orang yang memiliki bukti dirinya menjelekkan Jokowi.
Selain itu, Haikal juga menyebut tak pernah menghina etnis mana pun.
"Selain kritik, kritik lain dong, ini fitnah," kata dia.
"Saya bayar satu miliar kalau seandainya saya ditemukan mencela agama orang, mencela etnis orang."
"China sama RRC beda ya, kalau saya ngatain RRC bukan berarti etnis di Indonesia loh ya."
Selama ini, Haikal menyebut selalu berusaha bersikap apa adanya.
Terkait hal itu, ia lantas mengungkit kebaikannya pada Jokowi dulu.
"'Wah itu framing', framing yang mana? Jangan pakai ngedit ya," jelasnya.
"Tapi itu yang saya katakan, dari dulu saya begini."
Ia pun menyinggung momen Jokowi dicibir karena salah menyebut surat Al-Fatihah.
Haikal mengaku kala itu ia sangat membela Jokowi.
"Itu kan lidahnya, kenapa lo katain, hina banget lo."
"'Lebih hina yang ngatain', saya bilang," tutupnya.
Di sisi lain, sebelumnya, pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun mengaku heran Haikal Hassan diperiksa polisi.
Hal itu terkait dengan pengakuan Haikal Hassan yang mengaku bermimpi bertemu Rasulullah.
Menurut Refly Harun, ada keanehan dalam kasus tersebut.
"Jadi aneh ya, pertama Haikal Hassan menceritakan kalau dia pernah bermimpi bertemu Rasulullah," ujar Refly seperti yang dikutip dalam kanal YouTube Refly Harun, Selasa (29/12/2020).
"Tidak ada yang salah, orang mengatakan pernah bermimpi."
Tak hanya itu, ia juga heran karena Haikal Hassan diminta membuktikan mimpi oleh polisi.
Menurutnya, pelapor Haikal Hassan yang justru tampak bermasalah.
Pakar hukum tata negara Refly Harun membahas soal kasus penembakan enam laskar FPI, Ditayangkan di YouTube Refly Harun, Minggu (20/12/2020). (YouTube Refly Harun)
"Kalau ditanya buktinya, itu yang bermasalah," terang Refly.
"Yang bermasalah itu orang yang melaporkan dan membuat mimpi ini harus diperiksa."
"Bayangkan betapa absurd-nya masalah ini."
"Bagaimana caranya membuktikan bahwa seseorang bermimpi atau tidak," tambahnya.
Hingga kini, memang belum ditemukan alat untuk membuktikan mimpi.
Tak hanya itu, menurut Refly, mimpi adalah privasi yang tak seharusnya diketahui banyak orang.
"Pertama tidak ada alat untuk membuktikan benar atau tidak mimpi tersebut," ujar Refly.
"Yang kedua, mimpi itu hal yang sangat privat yang hanya terkait antara orang yang bermimpi dan apa yang dia mimpikan."
"Tidak ada alat untuk memverifikasi apakah mimpi itu benar atau tidak."
"Namanya juga bermimpi," lanjutnya.
Terkait hal itu, Refly lantas menyinggung nama Politisi Partai Nasdem, Ahmad Sahroni.
Ia menyebut Ahmad Sahroni mendukung Haikal Hassan.
"Tak heran kalau Ahmad Sahroni, Wakil Ketua Komisi III kalau enggak salah dari Partai Nasdem."
"Mendukung Haikal Hassan dan mengatakan 'Saya kerjaannya bermimpi terus'," tandasnya.
S:(TribunWow.com)