GELORABANGSA - Bukan di masjid, DMI bongkar lokasi kotak amal kelompok radikal, banyak di 2 lokasi padat pengunjung. Belum lama ini Polri m...
GELORABANGSA - Bukan di masjid, DMI bongkar lokasi kotak amal kelompok radikal, banyak di 2 lokasi padat pengunjung.
Belum lama ini Polri membeberkan sumber pendanaan kelompok radikal alias teroris.
Mereka mengumpulkan dana dari sumbangan maupun ribuan kotak amal yang disebar di berbagai titik.
Meski demikian, tak semua kotak amal merupakan sumber pendanaan aksi teroris.
Sebanyak 4.000 kotak amal yang diduga menjadi sumber dana kegiatan aksi kelompok radikal diperkirakan tersebar di minimarket dan rumah makan.
Ketua Ikatan Khatib Dewan Masjid Indonesia (IK DMI) Lampung, Gus Dimyathi mengatakan, dari hasil koordinasi pihaknya dengan Densus 88, diketahui kotak amal itu tidak ditemukan di area masjid dan mushala.
“Kami memastikan, kotak amal yang ada di masjid dan mushala, itu klir,” kata Dimyathi saat dihubungi, Senin (14/12/2020).
Sebelumnya, Mabes Polri menyatakan ada sekitar 13.000 kotak amal yang diduga digunakan untuk pendanaan operasional gerakan radikal.
Sebanyak 4.000 kotak amal di antaranya tersebar di Lampung.
Terkait hal ini, Dimyathi memastikan tidak ada kotak amal yang tersebar di masjid dan mushala yang digunakan sebagai kamuflase pendanaan gerakan kelompok radikal tersebut.
“Kotak amal itu tersebar di minimarket,” kata Dimyathi. Dari hasil konfirmasi dengan Densus 88, diketahui kotak amal itu tersebar di Bandar Lampung, Lampung Tengah, Pringsewu, Kota Metro, dan Lampung Timur.
Untuk kotak-kotak amal yang tersebar di masjid dan mushala, Dimyathi menambahkan, pihaknya memiliki standar agar data pemilik kotak amal itu terverifikasi.
“Ini yang harus dijelaskan di publik, yang 4.000 (kotak amal) itu bukan di masjid dan mushala,” kata Dimyathi.
Secara terpisah, Kepala Badan Kesbangpol Lampung, Firsada mengatakan, pihaknya pun sudah berkoordinasi dengan kepolisian terkait dugaan kotak amal yang digunakan sebagai sumber pendanaan gerakan kelompok radikal.
“Kami sedang memeriksa apakah bentuk kotak amal itu disalahgunakan oleh ormas tertentu,” kata Firsada.
Firsada menambahkan, pihaknya juga akan memeriksa kesahihan yayasan maupun ormas yang tercantum dalam tiap kotak amal yang dianggap mencurigakan.
“Kami akan pastikan apakah terdaftar di Kemenkumham atau Kemendagri dan juga apakah terdata di kami,” kata Firsada.
Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap 2 tersangka tindak pidana terorisme kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di daerah Poso, Sulawesi Tengah pada 29 Juli 2020 lalu.
Dua pelaku yang ditangkap berinisial YS dan L.
Karo Penmas Humas Polri Brigjen Awi Setyono mengatakan YS ditangkap di Jalan Trans Poso- Napu Desa Tangkura, Poso Pesisir Selatan Poso, Sulawesi Tengah.
Dalam tindak pidana terorisme, YS berperan mengantarkan Iman ke daerah Tangkura untuk bergabung dengan kelompok MIT.
Selain itu, pelaku juga sempat ingin mengantarkan uang tunai dan makanan kepada kelompok MIT.
"Pelaku berencana mengantarkan uang sebesar Rp 1.590.000 dan makanan (kue, Red) kepada kelompok MIT. Barang bukti yang diamankan sebanyak 5 barang bukti," kata Awi di Divisi Humas Polri, Jakarta, Selasa (18/8/2020).
Awi mengatakan L alias Ummu Syifa ditangkap di jalan Trans Poso Sulawesi, Kasiguncu, Poso Pesisir Selatan, Sulawesi Tengah.
Dia biasa dikenal sebagai istri Ali Kalora, yang juga merupakan pemimpin kelompok MIT.
"Keterlibatannya pelaku menyembunyikan informasi tentang keberadaan kelompok teroris yang sudah ditetapkan didalam Daftar Pencarian Orang (DPO)," jelasnya.
Tak hanya itu, Ummu Syifa juga tergabung di dalam kelompok MIT seperti sang suami.
Ia pernah bersama kelompok itu selama 23 hari.
"Pelaku tergabung bersama Kelompok teror Mujahidin Indonesia Timur selama 23 hari. Barang bukti yang diamankan sebanyak 2 barang bukti," pungkasnya.
Dikenal Sadis
Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa mengungkap sadisnya perbuatan yang dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Pimpinan Ali Kalora kepada masyarakat di Poso.
Ia mengungkap, kelompok Ali Kalora tak segan mengancam, menyandera, bahkan membunuh masyarakat di Poso.
Menurut Cantiasa mereka akan melakukan hal tersebut kepada masyarakat biasanya untuk mendapatkan logistik dan makanan.
"Masyarakat ini diancam dan sebagainya kalau tidak menyerahkan makanan atau logistik itu ya dibunuh di sana.
Dan tidak main-main, mereka membunuh itu dengan sadis.
Semua modusnya itu dengan potong leher," kata Cantiasa dalam tayangan Podcast Puspen TNI di kanal Youtube resmi Puspen TNI yang diunggah pada Senin (17/8/2020).
Cantiasa pun mengungkapkan insiden yang terjadi belum lama ini terhadap petani bernama Agus.
Agus dibunuh oleh kelompok MIT pimpinan Ali Kalora beberapa waktu lalu.
Jenazah Agus, kata Cantiasa, ditemukan dengan kondisi mengenaskan dengan penuh luka sayatan.
"Di sana ada petani atas nama Agus sedang melaksanakan kegiatan di kebun dan sebagainya, ternyata mereka di sana dibunuh.
Dan korban itu jenazahnya itu sangat-sangat memilukan.
Itu ada sayatan-sayatan di badannya. Jadi sangat-sangat kejam mereka," kata Cantiasa.
Bahkan masyarakat di sana, kata dia, mengalami ketakutan dan trauma terhadap kelompok tersebut.
"Jadi masyarakat ketakutan di sana, trauma, sehingga aparat keamanan baik TNI dan Polri di sana, ada Satgas Tinombala itu dalam rangka untuk mengatasi aksi terorisme di Poso," kata Cantiasa.
S:tribun